Kamis, 07 April 2011

viva news,......

BI: Inflasi dari Bahan Pangan Masih Tinggi
Tingginya inflasi kelompok pangan berpotensi memberikan tekanan pada inflasi inti.
Selasa, 29 Maret 2011, 16:52 WIB
Antique, Ronito Kartika Suryani
Ilustrasi grafik (Ilustrasi)
VIVAnews - Harga pangan domestik seperti minyak goreng, terigu, mi instan, dan pakan ternak masih tinggi karena terimbas harga pangan global seperti minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), gandum, jagung, dan kedelai yang dalam tren meningkat.
Anomali iklim telah mendorong kenaikan harga pangan secara umum, baik yang diproduksi di pasar domestik maupun global.

Menurut Ketua Tim Inflasi Bank Indonesia, Arif Hartawan, kenaikan harga kelompok pangan menjelang pertengahan 2011 terjadi di seluruh negara kawasan. Namun, inflasi kelompok pangan Indonesia jauh lebih tinggi dibanding negara kawasan, yakni dari komoditas pangan utama seperti beras yang mengalami kenaikan harga jauh melebihi negara kawasan.
Kondisi tersebut menjadi salah satu pemicu utama tingginya inflasi kelompok pangan di Indonesia.

"Namun, tekanan inflasi melambat sejalan dengan koreksi harga pada sejumlah harga bahan makanan. Selama Februari 2011, inflasi tercatat sebesar 0,13 persen (month to month/mtm) atau 6,84 persen (year on year), lebih rendah dari bulan sebelumnya," kata Arif dalam diskusi di gedung BI, Jakarta, Selasa 29 Maret 2011.

Kendati demikian, Arif mengingatkan, tingginya inflasi kelompok pangan berpotensi memberikan tekanan inflasi inti. Mengingat, inflasi inti dari kelompok makanan dalam bentuk kemasan tahan lama terkait dengan impor bahan pangan.
Inflasi inti kelompok makanan kemasan tahan lama mayoritas terdiri atas makanan semi olahan yang dipengaruhi harga global. "Pengaruh harga global sangat kuat, terutama karena pasokan domestik belum cukup, sehingga bergantung impor," kata dia.
Sementara itu, terkait rencana pemerintah untuk membatasi konsumsi bahan bakar minyak (BBM) berpengaruh terhadap ekspektasi inflasi. Pada saat pemerintah akan melakukan pembatasan BBM, kondisi menimbulkan keresahan bagi masyarakat. Karena, ketika harga BBM naik, kebutuhan masyarakat juga ikut naik.

Arif menjelaskan, pembatasan BBM bisa memberikan ekspektasi negatif bagi daerah. "Penundaan pembatasan BBM itu memberikan ekspektasi positif bagi masyarakat. Namun, jangan terlalu lama jika akan menentukan kapan waktunya. Karena hal itu akan membawa ekspektasi negatif," ujarnya. (art)
• VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
saya orangnya suka tersenyum,tapi bukan berarti saya gila lhoo,..^^ saya berfikir bahwa dengan tersenyum segala sesuatu yang kita kerjakan kan berbuah keikhlasan,,,. jadi,apapun yang terjadi angkat kepala n tersenyumlah,...hehee semangat,..!!!