Kamis, 09 Juni 2011

Cokelat,...muaaaanise,...HEHEE

Cokelat adalah sebutan untuk makanan yang diolah dari biji kakao.
Cokelat umumnya diberikan sebagai hadiah atau bingkisan di hari raya. Dengan bentuk, corak, dan rasa yang unik, cokelat sering digunakan sebagai ungkapan terima kasih, simpati, atau perhatian. Bahkan sebagai pernyataan cinta.
Cokelat juga telah menjadi salah satu rasa yang paling populer di dunia, selain sebagai cokelat batangan yang paling umum dikonsumsi, cokelat juga menjadi bahan minuman hangat dan dingin.

Sejarah Cokelat


Segelas cokelat panas. Menurut sejarahnya Cokelat pada awalnya diminum dan tidak dimakan.
Cokelat dihasilkan dari kakao (Theobroma cacao) yang diperkirakan mula-mula tumbuh di daerah Amazon utara sampai ke Amerika Tengah. Mungkin sampai ke Chiapas, bagian paling selatan Meksiko. Orang-orang Olmec memanfaatkan pohon dan, mungkin juga, membuat “cokelat” di sepanjang pantai teluk di selatan Meksiko. Dokumentasi paling awal tentang cokelat ditemukan pada penggunaannya di sebuah situs pengolahan cokelat di Puerto Escondido, Honduras sekitar 1100 -1400 tahun SM [1]. Residu yang diperoleh dari tangki-tangki pengolahan ini mengindikasikan bahwa awalnya penggunaan kakao tidak diperuntukkan untuk membuat minuman saja, namun selput putih yang terdapat pada biji kokoa lebih condong digunakan sebagai sumber gula untuk minuman beralkohol.
Residu cokelat yang ditemukan pada tembikar yang digunakan oleh suku Maya kuno di Río Azul, Guatemala Utara, menunjukkan bahwa Suku Maya meminum cokelat di sekitar tahun 400 SM. Peradaban pertama yang mendiami daerah Meso-Amerika itu mengenal pohon “kakawa” yang buahnya dikonsumsi sebagai minuman xocolātl yang berarti minuman pahit. Menurut mereka, minuman ini perlu dikonsumsi setiap hari, entah untuk alasan apa. Namun, tampaknya cokelat juga menjadi simbol kemakmuran. Cara menyajikannya pun tak sembarangan. Dengan memegang wadah cairan ini setinggi dada dan menuangkan ke wadah lain di tanah, penyaji yang ahli dapat membuat busa tebal, bagian yang membuat minuman itu begitu bernilai. Busa ini sebenarnya dihasilkan oleh lemak kokoa (cocoa butter) namun kadang-kadang ditambahkan juga busa tambahan. Orang Meso-Amerika tampaknya memiliki kebiasaan penting minum dan makan bubur yang mengandung cokelat. Biji dari pohon kakao ini sendiri sangat pahit dan harus difermentasi agar rasanya dapat diperolah. Setelah dipanggang dan dibubukkan hasilnya adalah cokelat atau kokoa. Diperkirakan kebiasaan minum cokelat suku Maya dimulai sekitar tahun 450 SM - 500 SM. Konon, konsumsi cokelat dianggap sebagai simbol status penting pada masa itu. Suku Maya mengonsumsi cokelat dalam bentuk cairan berbuih ditaburi lada merah, vanila, atau rempah-rempah lain. Minuman Xocoatl juga dipercaya sebagai pencegah lelah, sebuah kepercayaan yang mungkin disebabkan dari kandungan theobromin di dalamnya.
Ketika peradaban Maya klasik runtuh (sekitar tahun 900) dan digantikan oleh bangsa Toltec, biji kokoa menjadi komoditas utama Meso-Amerika. Pada masa Kerajaan Aztec berkuasa (sampai sekitar tahun 1500 SM) daerah yang meliputi Kota Meksiko saat ini dikenal sebagai daerah Meso-Amerika yang paling kaya akan biji kokoa. Bagi suku Aztec biji kokoa merupakan “makanan para dewa” (theobroma, dari bahasa Yunani). Biasanya biji kokoa digunakan dalam upacara-upacara keagamaan dan sebagai hadiah.
Cokelat juga menjadi barang mewah pada masa Kolombia-Meso Amerika, dalam kebudayaan mereka yaitu suku Maya, Toltec, dan Aztec biji kakao (cacao bean) sering digunakan sebagai mata uang [2]. Sebagai contoh suku Indian Aztec menggunakan sistem perhitungan dimana satu ayam turki seharga seratus biji kokoa dan satu buah alpukat seharga tiga biji kokoa [3]
Sementara tahun 1544 M, delegasi Maya Kekchi dari Guatemala yang mengunjungi istana Spanyol membawa hadiah, di antaranya minuman cokelat.

Cokelat cair.
Di awal abad ke-17, cokelat menjadi minuman penyegar yang digemari di istana Spanyol. Sepanjang abad itu, cokelat menyebar di antara kaum elit Eropa, kemudian lewat proses yang demokratis harganya menjadi cukup murah, dan pada akhir abad itu menjadi minuman yang dinikmati oleh kelas pedagang. Kira-kira 100 tahun setelah kedatangannya di Eropa, begitu terkenalnya cokelat di London, sampai didirikan “rumah cokelat” untuk menyimpan persediaan cokelat, dimulai di rumah-rumah kopi. Rumah cokelat pertama dibuka pada 1657.
Di tahun 1689 seorang dokter dan kolektor bernama Hans Sloane, mengembangkan sejenis minuman susu cokelat di Jamaika dan awalnya diminum oleh suku apothekari, namun minuman ini kemudian dijual oleh Cadbury bersaudara [4].
Semua cokelat Eropa awalnya dikonsumsi sebagai minuman. Baru pada 1847 ditemukan cokelat padat. Orang Eropa membuang hampir semua rempah-rempah yang ditambahkan oleh orang Meso-Amerika, tetapi sering mempertahankan vanila. Juga mengganti banyak bumbu sehingga sesuai dengan selera mereka sendiri mulai dari resep khusus yang memerlukan ambergris, zat warna keunguan berlilin yang diambil dari dalam usus ikan paus, hingga bahan lebih umum seperti kayu manis atau cengkeh. Namun, yang paling sering ditambahkan adalah gula. Sebaliknya, cokelat Meso-Amerika tampaknya tidak dibuat manis.
Cokelat Eropa awalnya diramu dengan cara yang sama dengan yang digunakan suku Maya dan Aztec. Bahkan sampai sekarang, cara Meso-Amerika kuno masih dipertahankan, tetapi di dalam mesin industri. Biji kokoa masih sedikit difermentasikan, dikeringkan, dipanggang, dan digiling. Namun, serangkaian teknik lebih rumit pun dimainkan. Bubuk cokelat diemulsikan dengan karbonasi kalium atau natrium agar lebih mudah bercampur dengan air (dutched, metode emulsifikasi yang ditemukan orang Belanda), lemaknya dikurangi dengan membuang banyak lemak kokoa (defatted), digiling sebagai cairan dalam gentong khusus (conched), atau dicampur dengan susu sehingga menjadi cokelat susu (milk chocolate).

Rasa cokelat

Rasa cokelat masih sulit didefinisikan. Dalam bukunya Kaisar Cokelat (Emperors of Chocolate), Joel Glenn Brenner menggambarkan riset terkini tentang rasanya. Menurutnya rasa cokelat tercipta dari campuran 1.200 macam zat, tanpa satu rasa yang jelas-jelas dominan. Sebagian dari zat itu rasanya sangat tidak enak kalau berdiri sendiri. Karenanya, sampai kini belum ada rasa cokelat tiruan.
Efek psikologis yang terjadi saat menikmati cokelat dikarenakan titik leleh lemak kokoa ini terletak sedikit di bawah suhu normal tubuh manusia. Sebagai ilustrasi, bila anda memakan sepotong cokelat, lemak dari cokelat tersebut akan lumer di dalam mulut. Lumernya lemak kokoa menimbulkan rasa lembut yang khas dimulut, riset terakhir dari BBC mengindikasikan bahwa lelehnya cokelat di dalam mulut meningkatkan aktivitas otak dan debaran jantung yang lebih kuat daripada aktivitas yang dihasilkan dari ciuman mulut ke mulut, dan juga akan terasa empat kali lebih lama bahkan setelah aktivitas ini berhenti.

Kandungan cokelat
Cokelat mengandung alkaloid-alkaloid seperti teobromin, fenetilamina, dan anandamida, yang memiliki efek fisiologis untuk tubuh. Kandungan-kandungan ini banyak dihubungkan dengan tingkat serotonin dalam otak. Menurut ilmuwan cokelat yang dimakan dalam jumlah normal secara teratur dapat menurunkan tekanan darah [6] . Cokelat hitam akhir-akhir ini banyak mendapatkan promosi karena menguntungkan kesehatan bila dikonsumsi dalam jumlah sedang, termasuk kandungan anti oksidannya yang dapat mengurangi pembentukan radikal bebas dalam tubuh.

Manfaat cokelat.


Kata coklat berasal dari xocoatl ( Aztec ) yang berarti minuman pahit. Dalam perkembangannya coklat tidak hanya menjadi minuman tetapi juga menjadi snack yang disukai anak-anak, remaja, maupun orang dewasa. Produk coklat cukup beraneka ragam. Misalnya, ada coklat susu yang merupakan adonan coklat manis, cocoa butter, gula dan susu. Selain itu ada pula coklat pahit yang merupakan coklat alami dan mengandung 43% padatan coklat. Coklat jenis ini bisa ditemukan pada beberapa produk coklat batangan. Kandungan gizi coklat bisa dilihat pada tabel dibawah.
Zat GiziCoklat SusuCoklat Pahit
Energi (Kal)381504
Protein (g)95,5
Lemak (g)
35,952,9
Kalsium (mg)20098
Fosfor (mg)200446
Vit A (SI)3060
Sumber : kolom.pacific.net.id
Penelitian mengenai coklat telah lama dilakukan, satu diantaranya yaitu studi epidemiologis yang telah dilakukan pada mahasiswa Universitas Harvard yang terdaftar antara tahun 1916-1950. Dengan menggunakan food frequency questionnaire berhasil dikumpulkan informasi tentang kebiasaan makan coklat pada mahasiswa Universitas Harvard.  Diduga antioksidan fenol yang terkandung dalam coklat adalah baik untuk kesehatan jantung. Coklat mempunyai kemampuan untuk menghambat oksidasi kolesterol LDL (kolesterol jahat) dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh, sehingga dapat mencegah risiko penyakit jantung koroner dan kanker. Dalam penelitian yang melibatkan manusia tersebut, ditemukan bahwa konsumsi lemak coklat menghasilkan kolesterol total dan kolesterol LDL yang lebih rendah dibandingkan konsumsi mentega ataupun lemak hewani. Kandungan stearat yang tinggi pada coklat disinyalir menjadi penyebab mengapa lemak coklat tidak seburuk lemak hewan. Telah sejak lama diketahui bahwa stearat adalah asam lemak netral yang tidak akan memicu kolesterol darah. Sepertiga lemak yang terdapat dalam coklat adalah asam oleat yaitu asam lemak tak jenuh.
Penelitian lain yang memperkuat penjelasan dari penelitian Universitas Harvard adalah penelitian Universitas Linköping di Swedia (November, 2010). Penelitian ini telah menunjukkan bahwa coklat memiliki efek perlindungan terhadap penyakit kardiovaskuler. Penelitian ini dilakukan terhadap sebuah kelompok relawan yang tidak diijinkan merokok dan mengkonsumsi obat selama dua minggu yang diminta melahap sepotong coklat gelap. Selama dua hari terakhir mereka tidak boleh makan coklat atau apa pun yang mengandung senyawa yang serupa, termasuk berbagai jenis buah dan buah-buahan, dan tidak pula mereka minum kopi, teh, atau anggur. Dari perilaku ini diketahui bahwa kandungan di dalam coklat tersebut dapat menghambat enzim dalam tubuh mereka yang dapat meningkatkan tekanan darah.  Temuan ini diterbitkan dalam Jurnal Jantung Farmakologi, yang diungkapkan oleh sekelompok peneliti obat dipimpin oleh Ingrid Persson. “Kami sebelumnya telah menunjukkan bahwa teh hijau dapat menghambat ACE enzim, yang terlibat dalam keseimbangan cairan tubuh dan pengaturan tekanan darah. Sekarang kita ingin mengetahui pengaruh coklat karena di dalamnya terdapat zat aktif catechin dan procyanidines”, ujar Ingrid Persson. Meskipun Ingrid Persson adalah peneliti obat, objek studinya tidak untuk merancang obat-obatan baru. ” Temuan kami menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup dengan bantuan makanan yang mengandung konsentrasi besar catechin dan procyaninides dapat mencegah penyakit kardiovaskuler,” katanya. Catechin adalah antioksidan kuat yang terkandung dalam coklat. Salah satu fungsi antioksidan adalah mencegah penuaan dini yang bisa terjadi karena polusi ataupun radiasi. Catechin juga dijumpai pada teh meski jumlahnya tidak setinggi pada coklat.
Penelitian lain yang dilansir dalam jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh American Chemical Society ( Februari, 2011 ), Midori Natsume, Ph.D., dan rekannya menunjukkan bahwa coklat, atau kandungan utama dalam coklat, tampaknya mengurangi risiko penyakit jantung dengan meningkatkan tingkat HDL (kolesterol baik) dan menurunkan tingkat LDL (kolesterol jahat). Para ilmuwan menganalisis pengaruh polifenol coklat pada kolesterol menggunakan kultur hati manusia dan sel-sel usus. Mereka berfokus pada produksi apolipoprotein A1 (ApoA1), protein yang merupakan komponen utama dari HDL, dan apolipoprotein B (apoB), komponen utama LDL. Ternyata bahwa polifenol coklat meningkatkan tingkat ApoA1 dan menurukan tingkat apoB baik di hati dan usus.  Selanjutnya, para ilmuwan menemukan bahwa polyphenol tampaknya bekerja dengan meningkatkan aktivitas yang disebut protein unsur pengatur yang mengikat sterol ( Singkatan dari bahasa inggris juga ditulis disini – SREBPs ). SREBPs menempel pada DNA materi genetik dan mengaktifkan gen yang meningkatkan tingkat ApoA1 yaitu meningkatkan HDL Para ilmuwan juga menemukan bahwa polifenol tampaknya meningkatkan aktivitas reseptor LDL, protein yang membantu menurunkan LDL.
Selama ini ada pandangan bahwa coklat menyebabkan caries pada gigi dan juga menjadi penyebab terhadap munculnya masalah kegemukan. Tak dapat disangkal lagi bahwa kegemukan adalah salah satu faktor risiko berbagai penyakit degeneratif. Tetapi studi di Universitas Harvard ini menunjukkan bahwa jika Anda mengimbangi konsumsi permen coklat dengan aktivitas fisik yang cukup dan makan dengan menu seimbang, maka dampak negatif coklat tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Makan coklat tidak akan menimbulkan kecanduan, tetapi bagi sebagian orang rasa coklat yang enak mungkin menyebabkan kerinduan untuk mengkonsumsinya kembali. Ini yang disebut chocolate craving. Dampak coklat terhadap perilaku dan suasana hati (mood) terkait erat dengan chocolate craving. Rindu coklat bisa karena aromanya, teksturnya, manis-pahitnya dan sebagainya. Hal ini juga sering dikaitkan dengan kandungan phenylethylamine yang adalah suatu substansi mirip amphetanine yang dapat meningkatkan serapan triptofan ke dalam otak yang kemudian pada gilirannya menghasilkan dopamine. Dampak dopamine adalah muncul perasaan senang dan perbaikan suasana hati. Phenylethylamine juga dianggap mempunyai khasiat aphrodisiac yang memunculkan perasaan seperti orang sedang jatuh cinta. Coklat juga mengandung theobromine dan kafein. Kedua substansi ini telah dikenal memberikan efek terjaga bagi yang mengkonsumsinya.
Dari sejumlah manfaat di atas, tentu saja ada yang perlu diwaspadai, khususnya bagi orang-orang yang rentan menderita batu ginjal. Konsumsi 100 g coklat akan meningkatkan ekskresi oksalat dan kalsium tiga kali lipat. Oksalat ( Oxalate ) adalah sampah metabolisme makanan yang 40%-50% diantaranya berasal dari coklat. Meskipun kadar oksalat dalam darah sangat tinggi, kemampuan tubuh membuang oksalat melalui ginjal ( urine ) sangat terbatas. Ketika penderita penyakit ginjal makan coklat, sampah oksalat tidak dapat dibuang semuanya, sehingga terjadi penumpukan dan pembentukan kristal kalsium oksalat. Oleh karena itu kiat sehat yang bisa dianjurkan adalah minumlah banyak air sehabis makan coklat.
Jadi bagi anda yang hendak menghadiahi coklat kepada pasangan anda pada Valentine’s day anda tidak perlu ragu karena coklat memiliki manfaat bagi kesehatan jantung pasangan anda, namun sebelumnya anda perlu memastikan bahwa pasangan anda tidak memiliki riwayat penyakit ginjal.

sumber : wikipedia, faktailmiah.com


Mengenai Saya

Foto saya
saya orangnya suka tersenyum,tapi bukan berarti saya gila lhoo,..^^ saya berfikir bahwa dengan tersenyum segala sesuatu yang kita kerjakan kan berbuah keikhlasan,,,. jadi,apapun yang terjadi angkat kepala n tersenyumlah,...hehee semangat,..!!!